Sabtu, 24 Juli 2010

Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis meliputi pendekatan komunikatif, integratif, keterampilan proses, dan pendekatan tematis. Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran. Pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam pembelajaran.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa (1) pendekatan komunikatif tampak pada butir pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan; (2) pendekatan integratif tampak pada butir pembelajaran, misalnya: menceritakan pengalaman yang menarik, menuliskan suatu peristiwa
sederhana, membaca bacaan kemudian membuat ikhtisar, dan meringkas cerita yang dtdengar; (3) Pendekatan keterampilan proses, tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan hasil kunjungan, menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kaiimat acak menjadi paragraf yang padu; dan (4) pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misatnya: menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.
Pendekatan-pendekatan tersebut pada hakikatnya mcmpunyai karaktenstik yang sama dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu memandang siswa di dalam pembelajaran sebagai subjek pembelajaran bukan sebagat objek pembelajaran Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dan fasilitator di dalam membangkitkan potensi siswa dalam membangun/mengkonstruk gagasan/ide masmg-masing di dalam pembelajaran.
Teknik dan Model Pembelajaran Menulis Cerita
Berdasarkan butir-butir pembelajaran menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD terdapat ragam teknik pembelajaran menulis. Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua, yakni menulis cerita dan menulis untuk keperluan sehari-han
a) Menulis cerita
Teknik ini terdiri atas 6 macam, yaitu: I) menyusun kaiimat. Teknik menyusun cerita dapat dilakukan dengan: (a) menjawab pertanyaan, (b) melengkapai kalimat, (c) memperbaiki susunan kalimat, (d) memperluas kaiimat, (e) subtitusi, (f) transfomtasi, dan (g) membuat kaiimat; (2)Teknik memperkenalkan cerita: (a) baca dan tulis, (b) simak dan tulis; (3) meniru model; (4) menyusun paragaf; (5) menceritakan kembali; dan (6) membuat
b) Menulis untuk keperluan sehari-hari
Menulis untuk keperluan sehari-hari mehputi ragam menulis: (1) menulis surat, (2) menulis pengumuman, (3) mengisi formulir, (4) menulis surat undangan, (5) membuat iklan, dan (6) menyusun daftar riwayat hidup.
Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan gambar, melanjutkan ceria lain, menceitakan mimpi, menceriakan pengalaman, dan menceritakan cita-cita.
(a) Menceritakan gambar Model ini dapat dilakukan mulai kelas 4 SD. Guru memperlihatkan beberapa gambar, selanjutnya, siswa diminta mengamati gambar tersebut dengan teliti. Kemudian, mereka diminta untuk menuliskannya ke dalam centa lengkap.
(b) Melanjutkan centa. Model ini diawaii dengan kegiatan guru membacakan atau memperdengarkan cerita yang dipilih guru, kemudian para siswa diminta melanjutkan cerita guru tersebut.
(c) Menceitakan mimpi. Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan mimpinya dengan menambah atau mengurangi isi dan mimpi mereka.
(d) Menceritakan pengalaman Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan pengalaman, baik pengalaman saat liburan, bermain,darmawisata, dan sebagainya.
(e) Menceritakan cita-cita. Model ini dilakukan dengan cara menugasi siswa untuk menceritakan cita-citanya setelah dewasa nanti.

Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan memahami bacaan dalam rangka memperoleh informasi atau pesan yang terkandung di dalam bacaan. Untuk memperoleh kemampuan membaca yang memadai, seseorang memerlukan banyak pengetahuan dan kemampuan lain sebagai pendukung. Herber (1978: 9-10) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir yang meliputi kegiatan: 1) memahami dan menghubungkan simbol-simbol bahasa yang disebut dengan decoding; 2) memaknai gubungan simbol-simbol (kata-kata) tersebut yang merupakan tahap interpretation; dan 3) menerapkan ide atau pengetahuan yang diperoleh melalui bacaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan tahap aplication.
Decoding
Decoding adalah suatu proses memahami simbol-simbol bahasa yaitu simbol grafis atau harus-huruf dengan cara mengasosiasikannya atau menghubungkan simbol-simbol dengan bunyi-bunyi bahasa beserta variasi-variasinya. Untuk dapat memahami proses decoding, bacalah kalimat berikut ini dengan suara keras.
Drama boneka hampir sama dengan wayang. Bedanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh bebarapa orang.
Bagaimana?! Apa yang Anda rasakan setelah melakukan kegiatan membaca dengan keras tadi? Ya! Pasti diantara Anda ada yang merasa seperti siswa SD yang sedang belajar membaca. Ada juga yang merasa seperti siswa SMP yang sedang menghafal pelajaran untuk ulangan besok pagi. Inilah yang disebut dengan proses decoding. Dalam proses ini orang hanya berusaha memahami simbol-simbol tersebut dan bagaimana membunyikannya dengan benar. Bila Siswa SD atau SMP ditanyakan tentang isi kalimat itu, dia tidak dapat menjawabnya. Hal seperti ini mungkin juga terjadi pada orang dewasa.
Perlu Anda ketahui, bahwa orang yang baru saja mengenal huruf atau simbol-simbol bahasa tulis, tanpa disadari akan membunyikan simbol-simbol tersebut dengan bersuara ketika sedang membaca.
Interpretation
Interpretation atau interpretasi merupakan kegiatan memahami maksud atau informasi yang terkandung dalam bacaan. Pada tahap ini pembaca dituntut untuk mampu menafsirkan makna setiap kata dan menghubungkannya menjadi satu kesatuan makna yang utuh sesuai dengan konteks yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu dalam proses interpretasi diperlukan pengertahuan tentang makna kata atau kosakata (Vocabulary). Sebagai contoh, kita kembali pada contoh kalimat diatas, jika satu kata saja misalnya kata drama atau wayang, atau yang lainnya tidak kita ketahui maknanya, maka kita akan kesulitan menangkap makna atau menafsirkan isi kalimat tersebut.
Pada tingkat ini pembaca tidak lagi berpikir tentang simbol-simbol bahasa (huruf). Simbol-simbol tersebut sudah secara otomatis dikenal oleh monitor yang ada di otak setiap pembaca
Aplikasi
Pembaca yang telah sampai pada tingkatan ini akan mampu memanfaatkan hasil bacaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman dalam Membaca
Sehubungan dengan tingkat pemahaman, Smith mengelompokkan kemampuan membaca menjadi 4 kategori, yaitu 1) pemahaman literal, 2) interpretasi, 3) membaca kritis, dan 4) membaca kreatif.
Efek Musik pada Bayi
Pada kira-kira bulan kelima, hubungan-hubungan dalam sistem pendengaran bayi cukup matang untuk memungkinkan otak memprogram bunyi secara utuh . Sejak saat ini, si kecil yang ada dalam perut Anda menjadi penguping sepanjang waktu. Suara Anda yang menjalar melalui kulit, otot, dan cairan dalam tubuh akhirnya sampai ke telinga sang bayi, walupun bunyi-bunyi tersebut hanya berupa bunyi cuit-cuit (tajam) yang bernada (tinggi) jika Anda berbicara dengan suara keras. Namun, melodi dan irama bicara Anda (juga semua bunyi) sampai ke telinga bayi tanpa perubahan (Don Campbell, 2001: 28).
Mari kita pahami kutipan wacana di atas secara literal. Sebelum itu kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan pemahaman literal berikut ini!
Pemahaman Literal
Tingkat pemahaman yang pertama adalah pemahaman literal, artinya pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan. Yang pertama kita menemukan kata kunci pada wacana tersebut, yaitu bulan kelima, pendengaran bayi, cuit-cuit, bernada tinggi, melodi dan irama (bergaris bawah dan cetak miring). Dari kata kunci tersebut kita dapat menangkap pesan yang terkandung dalam wacana yaitu, bahwa:
bayi dalam kandungan atau janin berusia 5 bulan sudah dapat mendengar bunyi-bunyi terutama bunyi-bunyi yang dikeluarkan melalui suara ibunya;
melodi dan irama berbicara ibu akan ditangkap secara tepat/persis oleh telinga bayi (tanpa perubahan).
Tes yang sesuai diajukan untuk mengukur kemampuan membaca tingkat ini berkisar pada contoh-contoh pertanyaan berikut ini.
Apa yang terjadi pada janin ketika berusia 5 bulan?
Apa yang dapat dilakukan janin ketika berusia 5 bulan?
Bunyi yang bagaimana yang dapat ditangkap janin berusia 5 bulan?
Unsur-unsur bunyi apa yang ditangkap janin secara tepat atau tanpa perubahan?
Jelasnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada pembaca dengan tingkat pemahaman literal tidak menuntut jawaban yang berada di luar teks. Artinya seluruh jawaban dapat ditemukan di dalam teks.
Pemahaman Interpretasi
Tingkat pemahaman kedua adalah pemahaman interpretasi. Pada tingkat ini pembaca sudah mampu menangkap pesan secara tersirat. Artinya di samping pesan-pesan secar terurat seperti pada tingkat pemahaman literal, pembaca juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan misalnya sebagai berikut.
- Apa yang sebaiknya dilakukan ibu hamil ketika kandungannya berusia 5 bulan?
Berikan alasan atas pendapat Anda!
- Percayakan Anda bahwa alat dengar bayi dapat dilatih sejak dalam kandungan?
Jelaskan pendapat Anda!
Contoh pertanyaan di atas tidak dapat dijawab dengan menggunakan teks wacana. Jawaban atas pertanyaan tersebut memerlukan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh si pembaca tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dapat muncul berdasarkan teks atau bacaan.
Pemahaman Kritis
Tingkat pemahaman ketiga adalah pemahaman kritis, kegiatan membacanya disebut dengan membaca kritis. Pada tingkat ini, pembaca tidak hanya mampu menangkap makna tersurat dan tersirat. Pembaca pada tingkat ini mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan. Di samping itu pembaca juga mampu melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat. Artinya, pembaca tahu persis akan kebenaran atau kesalahan isi wacana berdasarkan pengetahuan dan data-data yang dimilikinya tentang informasi yang ada dalam bacaan. Pembaca pada tingkat ini sudah mampu membuat kritik terhadap satu bacaan atau sebuah buku.
Misal, kita gunakan lagi contoh kutipan wacana di atas (Efek Musik pada Bayi). Pembaca kritis akan memberi penguatan atas isi wacana tersebut jika informasi yang terkandung di dalamnya dia ketahui kebenarannya 100% dan dia akan mempermasalahkan sekaligus juga memperbaiki informasi tersebut jika terdapat kesalahan dari segi penampaian atau penggunaan data yang tidak tepat.
Pemahaman Kreatif
Tingkat pemahaman tertinggi adalah pemahaman kreatif. Pembaca tingkat ini memiliki pemahaman lebih tinggi dari ketiga tingkat sebelumnya. Selesai membaca, pembaca akan mencoba atau bereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan. Dari wacana di atas, pembaca dapat membuat aransement musik yang menurutnya dapat digunakan untuk melatih pendengaran bayi menjadi lebih baik dari bayi-bayi yang lain, atau pembaca akan menulis sebuah buku yang berisis tentang bagaimana sebaiknya seorang ibu hamil melatih rasa atau membentuk karakter anak melalui latihan mendengarkan sejak dalam kandungan.
Demikianlah Saudara, uraian tentang membaca dan tingkat-tingkat pemahaman yang dimiliki seorang pembaca. Jika Anda seorang pembaca yang memiliki tingkat pemahaman interpretasi, Anda akan mampu makna tersirat dari uraian ini, yaitu berupa pertanyaan sudah sampai di manakah tingkat pemahaman saya? Dan bagaimanakah sebaiknya saya mengajarkan membaca pada siswa-siswa saya agar mereka memiliki tingkat pemahaman yang tinggi?
Strategi Pembelajaran Membaca
Saudara mahasiswa, bila kita bicara tentang strategi pembelajaran, maka kita harus kembali pada landasan/falsafah atau pandangan-pandangan yang mendasar tentang pembelajaran dan materi yang akan kita ajarkan untuk menemukan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengubah pengalaman atau perilaku seseorang yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak bisa menjadi bisa. Untuk mencapai hal tersbut diperlukan adanya proses dan aktivitas siswa. Dari pandangan tersubut muncullah pendekatan Keterampilan Proses dan Cara Belajar Siswa Aktif (ABSA).
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, maka pendekatan pembelajaran muncul berdasarkan hakikat bahasa itu sendiri. Ada berbagai pandangan tentang bahasa, antara lain 1) bahasa adalah alat komunikasi; 2) bahasa terdiri atas beberapa keterampilan (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dan 3) bahasa memiliki unsur-unsur pembentuk yaitu unsur kebahasaan. Dari pandangan pertama muncul pendekatan komunikatif, pandangan kedua memunculkan pendekatan integratif, dan pandangan ketiga mengajukan pendekatan struktural bagi pembelajaran bahasa.
Selain berbagai pendekatan yang menjadi pijakan pembelajaran bahasa, diperlukan pula metode dan teknik yang sesuai dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan pendekatan, metode, dan teknik dalam pembelajaran bahasa sebaiknya secara bervariasi, artinya dalam pembelajaran bahasa digunakan lebih dari satu pendekatan, metode, dan juga teknik.
Uraian tentang pendekatan, metode, dan teknik ini sudah Anda pelajari ketika Anda menempuh program D-III mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia atau Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Kurikulum 1994 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada penggunaan pendekatan terpadu atau integratif. Pembelajaran membaca dengan pendekatan terpadu dilaksanakan dengan cara memadukan pelajaran membaca dengan pelajaran keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak, berbicara, atau menulis. Selain itu pelajaran membaca juga dapat dipadukan dengan pelajaran lain di luar bahasa seperti IPA, IPS, Agma, dan yang lainya.
Dengan diintegrasikannya keempat keterampilan berbahasa dalam pembelajaran membaca, guru lebih dapat memanfaatkan aktivitas memperoleh informasi (information getting) melalui membaca dan mendengarkan, dan berbagi informasi (information sharing) dalam kegiatan menulis dan berbicara. Melalui kegiatan membaca dan mendengarkan siswa berlatih menangkap informasi dan melalui kegiatan berbicara dan menulis siswa berlatih berinteraksi dengan orang lain.
Banyak metode yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran membaca, yang tentu saja harus dipilih berdasarkan keseuaian dengan komponen-komponen pembelajaran membaca yang satu dengan lainnya salaing terkait. Komponen-komponen tersebut adalah: perkembangan atau tingkat berpikir siswa (jenjang kelas), tujuan, materi, pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran sebagai media pendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan langkah-langkah pembelajaran, Ruddel (1978) seorang ahli pengajaran khususnya bidang keterampilan membaca menyatakan bahwa dalam menuntun anak didik untuk mencapai tingkat pemahaman yang berdaya guna, seorang guru harus mengupayakan agar anak didiknya dapat menguasai langkah-langkah berikut ini.
Menangkap rincian yang meliputi kemampuan menngidentifikasi, membandingkan, dan mengklasifikasikan gagasan-gagasan yang dituangkan penulis;
Menangkap urutan (sequence) gagasan yang dipergunakan penulis untuk mendukung pokok-pokok pikirannya;
Menemukan sebab akibat;
Menemukan gagasan pokok dan gagasan penunjang;
Meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang bakal muncul pada bagian berikutnya dari bacaan;
Menilai maksud yang dikemukakan;
Berlatih memecahkan masalah yang dilemparkan oleh penulis.
Setelah Anda melaksnakan pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi pembelajaran membaca yang tepat seperti yang diuraikan di atas, dan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang Anda lakukan Anda pasti sudah mengetahui langkah apa yang harus Anda lakukan. Ya, benar! Evaluasi.
Evaluasi adalah suatu proses yang bertujuan mengukur keberhasilan suatu kegiatan yang telah dilakukan, dalam hal ini adalah kegiatan pembelajaran membaca. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam proses yang disebut dengan evaluasi proses dan pada akhir pembelajaran yang disebut dengan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat atau instrumen yang lebih menekankan pada instrumen non-tes. Aspek-aspek yang dinilai melalui instrumen non-tes untuk pembelajaran membaca dapat berupa; motivasi, minat/antusias, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Evaluasi hasil yang dilakukan pada akhir pembelajaran mendapat penekanan pada hasil kegiatan membaca, oleh karena itu alat yang digunakan berupa tes yang meliputi aspek-aspek yang dibicarakan dalam bacaan. Tes bisa berupa tertulis dan lisan yang tidak keluar dari isi bacaan.

Untuk menjadi guru yang baik dan dapat melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya, seorang guru dituntut untuk memiliki kualitas yang dituntut dari profil seorang guru, seperti:
1) memiliki kepribadian,
2) memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan,
3) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialisasi,
4) memiliki kemampuan dan ketrampilan profesi.
Di samping itu guru juga dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan seperti:
a. menguasai materi pembelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata, dan mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan sasaran kurikuler yang mudah dicerna oleh siswa
b. memiliki penguasaan tentang teori dan ketrampilan mengajar
c. memiliki pengetahuan tentang masa pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa belajar
1. Penguasaan materi pelajaran sebagai dasar kemampuan guru untuk melakukan proses pembelajaran. Penguasaan materi pelajaran sebagai dasar kemampuan guru untuk melakukan proses pembelajaran
Anda mungkin pernah melihat guru yang tidak bisa berbicara jika dia sudah berdiri di muka kelas, atau berbicara tetapi bersifat mengulang-ulang kata/materi yang sudah diajarkannya, hal ini tentu saja bukan diakibatkan karena guru tersebut merasa nervous, rendah diri atau merasa bingung dengan apa yang akan diajarkannya. Hal ini mungkin juga pernah terjadi pada diri Anda, jika Anda tidak mengetahui topik/bahan pelajaran apa yang akan dibicarakan, atau bisa juga karena tidak meguasai materi yang akan diajarkan. Jika hal ini terjadi, bukan saja proses pembelajaran menjadi tidak menarik, tetapi juga bersifat monoton, siswa tidak tertarik untuk menyimak pelajaran yang sedang diajarkan guru, mereka cenderung akan asyik dengan dunianya masing-masing seperti mengobrol, bercanda, dan lain-lain. Jika hal ini terjadi secara terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung, maka pelajaran yang disampaikan menjadi tidak menarik, tidak efektif, sehingga siswa tidak memahami apa yang telah disampaikan, dan pada akhirnya akan berakibat pada hasil penilaian siswa yang rendah, hal ini tentu saja dapat menumbuhkan pandangan negatif terhadap guru tersebut karena dinilai telah gagal dalam mendidik para siswanya. Guru yang profesional tidak akan mengalami hal seperti ini, sebab sebelum mulai mengajar mereka telah benar-benar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, baik dari segi adminstrasi seperti membuat persiapan mengajar, membuat program pembelajaran, media pembelajaran, maupun dari segi edukatif, seperti menguasai materi pelajaran, metode dan teknik pembelajaran.
Guru juga harus memiliki kemampuan untuk memilih, menata, dan mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan sasaran kurikuler dan kemampuan daya tangkap sehingga mudah dicerna oleh siswa, dengan demikian proses pembelajaran menjadi menarik karena bersifat terarah, apalagi dilengkapi dengan media pembelajaran yang menarik, disampaikan secara lugas, tidak berbelit-belit, dan banyak melibatkan siswa.
2. Memiliki Penguasaan Teori dan Ketrampilan Mengajar.
Apakah untuk menjadi guru yang baik dan berhasil harus ada syarat lain selain penguasaan materi pembelajaran? Ya benar, sebab selain guru harus menguasai materi pelajaran, masih ada syarat lain yang harus dipenuhi guru yaitu memiliki penguasaan tentang teori dan ketrampilan mengajar. Ada beberapa ketrampilan yang harus dikuasai guru antara lain:
A. Ketrampilan menjelaskan;
Penjelasan materi pelajaran yang mudah dipahami siswa merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu guru diharapkan mampu mengorganisasikan materi pelajaran dengan perencanaan yang sistematis, sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Ketrampilan ini bertujuan untuk:
• membantu siswa dalam memahami konsep, hukum, prinsip, atau prosedur
• membantu siswa menjawab pertanyaan
• melibatkan siswa untuk berpikir
• mendapatkan balikan dari siswa
• membantu siswa menghayati proses nalar
Ketrampilan menjelaskan terdiri dari:
a. komponen perencanaan, seperti: pokok-pokok materi pelajaran, dan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa
b. komponen penyajian, seperti: kejelasan bahasa, berbicara, mendefinisikan istilah, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting, dan balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimik siswa saat mengajukan pertanyaan.
Hal-hal apa sajakah yang perlu Anda perhatikan dalam menerapkan ketrampilan menjelaskan:
• penjelasan diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pembelajaran
• harus relevan dengan tujuan
• materi penjelasan harus bermakna
• penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa.
B .Ketrampilan memberi penguatan;
Ketrampilan memberi penguatan baru akan nampak pada saat guru memberikan respon terhadap munculnya tingkah laku siswa yang bernilai positif, sehingga dapat meningkatkan perhatian dan motivasi belajar siswa kearah yang lebih positif. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk verbal (kata-kata/pujian), dan non verbal, seperti: gerakan mendekati, mimik dan gerakan badan, sentuhan, dan kegiatan yang menyenangkan siswa (audience).
C. Ketrampilan bertanya;
Mengapa guru harus memiliki ketrampilan bertanya?
Hampir semua kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan tanya jawab. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat belangsung secara timbal balik, tidak membosankan, sekaligus guru dapat memantau siswanya. Kualitas pertanyaan guru menggambarkan kualitas jawaban siswa, oleh sebab itu guru yang terampil dalam bertanya, akan mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Bertanya yang baik diperlukan ketrampilan tersendiri, sehingga pada saat guru bertanya kepada siswa, mereka tidak merasa seolah-olah sedang diadili. Teknik tersebut antara lain:
a. Mengubah tuntutan tingkat pengetahuan dalam menjawab pertanyaan
b. Memberikan pertanyaan dari yang sederhana ke yang komplek
c. Menggunakan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik
d. Meningkatkan interaksi dengan cara meminta siswa lain memberikan jawaban atas pertanyaan yang sama.
D. Ketrampilan mengadakan variasi pembelajaran;
Ketrampilan jenis ini harus dimiliki guru dengan tujuan untuk mengadakan variasi guna melakukan perubahan dalam proses kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa, serta mengurangi rasa jenuh dan bosan selama mengikuti proses pembelajaran.
Ketrampilan mengadakan variasi meliputi:
• variasi dalam gaya mengajar
• variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran, dan
• variasi dalam pola interkasi dan kegiatan
E.Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran;
Kegiatan pembukaan dilakukan guru untuk menciptakan suasana yang dapat menimbulkan kesiapan mental siswa agar termotivasi terhadap pelajaran yang akan diberikan guru. Kegiatan ini bisa berbentuk appersepsi, pretes, atau tanyajawab terhadap materi yang lalu atau materi yang akan diberikan. Sedangkan kegiatan penutup adalah kegiatan terakhir yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Tujuan dari ketrampilan membuka dan menutup pelajaran adalah:
a. menumbuhkan semangat, motivasi, dan perhatian siswa
b. agar siswa menyadari batas-batas tugasnya
c. agar siswa memahami hubungan antar materi yang telah disampaikan guru
d. agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah dicapainya.
Kegiatan membuka pelajaran terdiri dari aspek:
a. dapat menarik perhatian siswa
b. dapat menimbulkan motivasi
c. memberikan acuan
d. membuat kaitan
Kegiatan menutup pelajaran terdiri dari:
a. membuat rangkuman/ringkasan
b. melaksanakan evaluasi akhir pelajaran
c. memberikan tindaklanjut
F. Ketrampilan mengelola kelas.
Ketrampilan ini harus dimiliki guru dalam rangka menciptakan dan mempertahankan situasi kelas yang kondusif dan menyenangkan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Di samping itu ketrampilan ini bermanfaat bagi guru terutama untuk:
a. mendorong siswa agar dapat bertanggungjawab baik secara individu /klasikal terhadap perilakunya
b. menyadari kebutuhan siswa
c. memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa
3. Memiliki pengetahuan tentang masa pertumbuhan dan perkembangan siswa serta memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa belajar.
Untuk dapat memahami anak didik dengan baik, seorang guru harus dapat memahami hakikat pertumbuhan dan perkembangan mereka serta memahami karakteristik anak didiknya. Hal ini disebabkan karena siswa sebagai manusia mengalami perubahan-perubahan fisik, interaksi sosial, kemampuan mengingat, kemampuan emosional, kemampuan intelektual, kemampuan kognitif, afektif, dan kemampuan psikomotor. Dengan dikuasainya pemahaman anak didik oleh guru, akan memudahkan guru tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran sebab guru akan dapat memberikan materi yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Senin, 29 Maret 2010

1. TUJUAN KEGIATAN : merubah perilaku, sebuah revolusi gaya hidup ramah lingkungan dibutuhkan aksi nyata yang konsisten untuk mwujudkannya dan bukan hanya sebuah wacana.
2. TEMA KEGIATAN : Kau Peduli...Aku Lestari dan Mari Hidup Asyik...Hindari Kantong Plastik.
3. WAKTU KEGIATAN : Sabtu, 20 Februari 2010 Pukul 08.00 s.d. 12.00 WIB
4. TEMPAT KEGIATAN : SDNP Bantarjati 9 Jl. Dalurung No. 20 Kel. Bantarjati Kec. Bogor Utara Kota Bogor
5. TAMU UNDANGAN : Kabid. Edukasi Lingkungan dari KNLH; Walikota Bogor; DPRD Kota Bogor; KEJARI Kota Bogor; KOREM; Ka. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bogor beserta jajarannya ;Ka. Kantor Lingkungan Hidup Kota Bogor; Ka. Dinas Kehutanan Kota Bogor; Ka. Dinas Pertanian Kota Bogor; Direktur PDAM Tirta Pakuan Bogor; Rektor Universitas Pakuan Bogor; Dosen dan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta; Komite SDNP Bantarjati 9; MKKS Kecamatan Bogor Utara; Orang Tua Siswa SDNP Bantarjati 9.

Antara lain :
1. INDIKATOR INPUT meliputi : siswa baru yang diterima, kualitas guru yang meiliki kualifikasi dan kompetensi; kecukupan sarana prasarana dan ketersediaan Dana Operasional Sekolah.
2. INDIKATOR PROSES meliputi : disiplin waktu bagi stakeholder; pengawasan; keteraturan pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif sesuai kalender pendidikan sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif. Keadaan sekolah yang rimbun pepohonan membalut seluruh areal sekolah, melindungi para siswa dari sengatan terik matahari, juga menghasilkan udara yang segar dan menyejukkan yang pada akhirnya siswa tampak betah melakukan aktifitas di sekolah, baik indoor maupun outdoor.
3. INDIKATOR OUTPUT meliputi : presentase kelulusan Tahun 2008-2009 : 24,08 (100% lulus dan diterima di SMP Negeri sesuai minat siswa),
4. INDIKATOR BENEFIT meliputi : adanya pujian / penghargaan dari berbagai elemen mulai dari Pemerintahan Pusat sampai Pemerintahan Daerah, serta Pemerintahan Luar Negeri (Jepang dan Malaysia), perhatian dari TOGA, TOMAS, dan DUDI. Alhamdulillah, saat ini animo calon siswa baru dari berbagai kalangan orang tua siswa semakin meningkat.
5. INDIKATOR IMPACT meliputi : terdapatnya kunjungan dari sekolah lain, baik se-Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Kab. Bogor, Kab. Kuningan, maupun dari Negara tetangga, Malaysia; terdapatnya alumni sekolah yang menjadi tenaga pengajar di SDNP Bantarjati 9 (Bapak M. Yusup, S. Pdi.)

Model pembelajaran PLH di Jt 9 terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran yang ada, termasuk mata pelajaran SBK, TIK, dan ekstrakurikuler lainnya. Berdasarkan GBIM KNLH, melengkapi dengan bahan ajar (Kelas I s.d. VI). Isu lokal yang diberikan dalam pembelajaran antara lain banjir, tanah longsor, kemacetan lalu lintas, polusi udara dan air di Kota Bogor. Sedangkan metode yang digunakan dalam pembelajaran PLH adalah pengamatan, diskusi, simulasi, demonstrasi, observasi, bermain peran dan studi banding.

Lingkungan JT9

19.59
0








SDNP Bantarjati 9 merupakan Sekolah Adiwiyata Tahun Ke-2 yang memiliki misi, menciptakan wahana sekolah pembelajaran dan penyadaran segenap warga sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Sarana pendukung untuk pembelajaran diantaranya : Taman Toga, pembibitan, tempat sampah organik dan anorganik, mesin pencacah sampah, air siap minum, lubang biopori, sumur resapan, upaya sanitasi dilakukan dengan diadakannya septi tank, drainase, pengadaan air bersih, tempat cuci tangan, pengelolaan sampah organik dan anorganik.